logo anne ahira
AnneAhira.com    Hiburan    Puisi    Kahlil Gibran
Loading...

Tangis dan Kesenduan dalam Puisi Perpisahan Kahlil Gibran


Loading...

Ilustrasi puisi perpisahan kahlil gibran

Sungguhkah saat perpisahan juga merupakan saat bertemu? Begitu tertulis dalam bagian puisi perpisahan Kahlil Gibran. Ini merupakan sebuah pertanyaan yang menggelitik sebab mengedepankan dua kondisi yang saling bertentangan. Benarkah perpisahan itu juga merupakan saat bertemu?

Puisi perpisahan Kahlil Gibran memang memberikan nuansa tersendiri bagi kita. Tentunya dalam hal ini kita diharapkan mempunyai tingkat pemahaman yang sesuai agar ada kesamaan persepsi. Memang, semua puisi Kahlil Gibran mempunyai tingkatan pemahaman yang berbeda dibandingkan  puisi yang lainnya. Bahkan, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa puisi Kahlil Gibran adalah puisi sufisme.

Sungguh berbeda nuansa yang kita rasakan pada saat membaca dan mencoba untuk memahami isi puisi karya Kahlil Gibran dibandingkan dengan puisi karya sastrawan lainnya. Kekhasan tersebut telah memposisikan Kahlil Gibran sebagai sastrawan dengan spesialisasi yang tidak dimiliki oleh sastrawan lainnya. Setiap kali menulis puisi, maka isi puisi tersebut benar benar merupakan ikatan dalam kehidupan dunia.

Sungguhkah Saat Perpisahan Juga Merupakan Saat Bertemu?

Perpisahan memang seringkali membawa akibat yang sedemikian berat bagi dua orang yang berpisah. Mereka merasakan ada sebagian dirinya yang hilang saat seseorang yang dekat dengan dirinya, dengan hatinya tiba tiba harus dipisahkan. Terpisahnya bagian ini tentunya menimbulkan luka yang sedemikian rupa sehingga rasa sakitnya tak terperihkan.

Sementara Kahlil Gibran begitu tabahnya menerima perpisahan sebagai sesuatu yang ringan. Tiada beban dalam hatinya ketika harus berpisah dengan orang-orang yang disayangi dan dicintainya. Perpisahan dianggapnya sebagai sesuatu yang wajar dan biasa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa berpisah dan bertemu hanyalah masalah waktu dan keberadaan semata.

Jika kita memahami sebuah perpisahan, memang terasa suasana sebagaimana ketika kita bertemu dengan orang yang kita cintai dan sayangi. Ketika kita berpisah, terasa sekali betapa berat kita harus melepaskan mereka. Begitu juga ketika kita telah bertemu, maka pada saat itu kita tidak ingin melepaskan mereka lagi. Begitulah rasa yang kita rasakan ketika berpisah dengan orang-orang yang kita sayangi dan cintai.

Hakikat Perpisahan dan Pertemuan

Perpisahan dan pertemuan dalam kehidupan ini merupakan sebuah kondisi yang tercipta karena adanya perubahan kondisi hati. Pada dasarnya kondisi saat berpisah dan bertemu memang tidaklah berbeda, sebab perubahan suasana dalam hati yang penuh dengan kesenduan.

Perpisahan tidak berbeda dengan pertemuan. Itulah yang sesungguhnya ingin disampaikan Kahlil Gibran dalam bagian puisi perpisahan ini. Oleh karena itulah, sangat sia-sia jika kita menangis saat berpisah.

Perpisahan itu bukan sesuatu yang menyedihkan sebab hal tersebut merupakan ujian bagi kebersamaan kita sebagai dua orang yang saling menyayangi dan mencintai. Dengan adanya perpisahan tersebut, maka kita dapat semakin mengetahui seberapa besar rasa kita kepada mereka.

Pada saat pertemuan kita alami maka pada saat itulah kekeringan jiwa terbasahi oleh sebuah kondisi yang begitu mendayu. Ketika perpisahan, maka basuhan kasih sayang yang selama ini bersama, kita rasakan mendadak hilang sehingga jiwa kita kering. Pada saat itulah kita merasakan betapa keinginan untuk bertemu merupakan tenaga yang begitu dahsyat sehingga kita terus berkeinginan untuk bertemu.

Ketika saat bertemu telah tiba, maka jiwa kita tersirami oleh kedamaian dan kasih sayang serta cinta yang sempat menghilang telah kembali mengisi jiwa kita. Pada saat itulah jiwa kita dibaluri kebahagiaan sehingga menangis merupakan pengejahwantaan yang ada.

Perpisahan dan Pertemuan adalah Kesenduan dan Tangis

Perpisahan dan pertemuan adalah tangis. Perpisahan dan pertemuan adalah akumulasi dari suasana sendu yang tumbuh dan berkembang. Suasana dalam hati seseorang yang harus ditinggalkan atau ketika bertemu seseorang yang selama ini dirindukannya. Ketika kita selalu mengalami kondisi tersebut sedemikian rupa sehingga tidak dapat membedakan, tangis kita untuk sebuah perpisahan ataukah pertemuan.

Tangis merupakan wujud nyata dari kedua hal tersebut. Karena itu Kahlil Gibran menekankan pertanyaannya, sungguhkah saat perpisahan juga merupakan saat bertemu? Pertanyaan ini didasari oleh kenyataan bahwa kesenduan dan tangis adalah hiasan yang sedemikian kuatnya pada kedua kondisi tersebut, yaitu perpisahan dan pertemuan.

Begitulah kondisi yang terjadi pada saat membaca puisi perpisahan Kahlil Gibran yang memberikan satu kesadaran pada kita bahwa kondisi keduanya merupakan satu kondisi yang sama. Bukankah hal seperti itu yang Anda rasakan setiap kali perpisahan dan pertemuan?

Profil Singkat dan Karya Kahlil Gibran

Setelah kita membaca puisi karya-karya Kahlil Gibran, kurang lengkap jika tidak membahas penulisnya.

Seperti yang sudah diketahui, Kahlil Gibran merupakan seorang seniman hebat yang terkenal di seluruh dunia. Karya-karyanya telah banyak memberikan inspirasi kepada dunia, baik tentang kehidupan, politik, percintaan, hingga tentang perpisahan. Karya-karya Kahlil Gibran ini menjadi karya yang dunia yang tidak bisa tergantikan.

Kahlil Gibran lahir di Lebanon pada tanggal 6 Januari 1883. Ia merupakan seorang penyair, seniman, dan penulis dari Lebanon, Amerika Serikat. Sebagian besar hidupnya ia habiskan di Amerika Serikat yang menjadi lahan untuk ia mencari mata pencaharian.

Sebelum tahun 1918, Kahlil Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris. Karya pertama Kahlil Gibran ini berjudul “The Madman” dan “His Parables and Poems”. Dalam karya pertamanya yang berjudul The Madman tersebut, tertulis kisah persahabatan Kahlil Gibran dengan seorang wanita yang bernama Mary.

Selain, The Madman dan His Parables and Poems, karya Kahlil Gibran yang berbahasa Inggris pun terdapat dalam buku berjudul Twenty Drawing pada tahun 1919, The Forerunne pada tahun 1920, dan karyanya yang terkenal berjudul Sang Nabi pada tahun 1923. Karya Sang Nabi yang ditulis olehnya tersebut merupakan suatu tanda bukti bahwa ia sudah memahami dunia dan sebagai seorang yang dewasa.

Karya tersebut sebagian besar ia tulis saat masih menjadi seorang siswa di sekolah Lebanon. Tulisan-tulisan yang ia buat dalam buku Sang Nabi ditulis dalam bahasa Arab. Akan tetapi tulisannya itu tidak langsung dipublikasikan hingga karyanya tersebut dikembangkan dan ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.

Sebelum terbitnya Sang Nabi, hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary di lamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Dengan hubungan Mary dan Kahlil Gibran yang tidak jelas serta diwarnai dengan perbedaan prinsip diantara mereka, akhirnya Mary pun menerima lamaran dari Florance Minis dan memutuskan untuk melepaskan tanggung jawabnya di dunia pendidikan.

Dengan rasa kecewa setelah perpisahannya dengan Mary, akhirnya pada tahun 1920, Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia yang berarti Ikatan Penulis. Tujuan Gibran mendirikan ikatan ini adalah untuk merombak kesusastraan Arab yang dianggapnya stagnan.

Seiring dengan naiknya reputasi Gibran di dunia penulisan, Gibran pun memiliki banyak penggemar. Salah satu penggemar karya-karya Kahlil Gibran ini adalah Barbara Young. Barbara Young mengenal Gibran setelah membaca buku Gibran yang berjudul Sang Nabi. Barbara Young sendiri merupakan pemiliki sebuah toko buku yang sebelumnya pernah menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio bersama ikatan penulis yang Gibran dirikan.

Kahlil Gibran kemudian menyelesaikan buku yang berjudul “Sand and Foam” pada tahun 1926 yang kemudian diikuti dengan selesainya buku yang berjudul “Jesus teh Son of Man” pada tahun 1928. Selain itu, Gibran juga membacakan naskah drama tulisannya yang berjudul “Lazarus” pada tanggal 6 Januari 1929, tepat di hari ia berulangtahun.

Setelah berhasil menyelesaikan buku dan naskah drama yang dibuatnya, Gibran kemudian menyelesaikan buku yang berjudul “The Earth Gods” pada tahun 1931. Karya “The Earth Gods” merupakan karya terakhir yang Gibran buat.

Namun, pada tahun 1932, terbitlah buku yang berjudul “The Wanderer” yang disinyalir karya terakhir Gibran hingga ia meninggal pada tanggal 10 April 1931. Karya terakhir Gibran ini disimpan di tangan Mary dan diterbitkan tanpa nama. Karya lain dari Kahlil Gibran adalah buku yang berjudul The Garden of the Propeth.

Demikianlah pembahasan mengenai puisi perpisahan dan karya-karya Kahlil Gibran, semoga dapat menginspirasi dan bermanfaat.

Tolong di SHARE :
Tweet
Loading...
Artikel Terkait
  • Menurut Kahlil Gibran Kehidupan adalah Gelanggang
  • Menguak Puisi Kehidupan Khalil Gibran
  • Puisi Puisi Karya Kahlil Gibran untuk Kehidupan
  • Kisah Khalil Gibran Seperti Karyanya Yang Inspiratif
  • Memaknai Puisi-puisi Kahlil Gibran
  • Romantisme Puisi Kahlil Gibran Sayap Sayap Patah
  • Nyanyian Ombak - Puisi Lautan Karya Kahlil Gibran
  • Contoh Puisi Lama
  • Menimbang Karya Sastra Kahlil Gibran
  • Latar Belakang Puisi Romantis Kahlil Gibran
  • Kumpulan Puisi Patah Hati
  • Sekilas Sejarah Kahlil Gibran
  • Sinopsis Kumpulan Karya Kahlil Gibran
  • Fungsi Puisi Pernikahan Kahlil Gibran
  • Memahami Puisi Kahlil Gibran tentang Kehidupan
Loading...


Beranda | Privacy