Perkembangan Islam di Filipina: Suku Moro yang Teguh Pendirian
Ilustrasi perkembangan islam di filipina
Perkembangan Islam di Filipina pada awal abad ke-14 dikatakan cukup pesat. Islam diterima dengan tangan terbuka karena kondisi kebudayaan dan sosial masyarakat yang masih memuja berhala dan sering melakukan upacara pemujaan orang yang sudah meninggal. Islam datang dengan cara menyesuaikan upacara pemujaan itu.
Islam memang tidak mengenal upacara semacam itu. Namun, arwah yang sudah meninggal akan dijamin berada dalam ketenangan. Hal ini pun dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat Filipina.
Pengaruh Perdagangan
Perdagangan di sekitar wilayah Asia Tenggara membawa pengaruh agama Islam di sepanjang pesisir Kepulauan Filipina. Dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara karya Antony Reid, diungkapkan bahwa para pedagang dari segala penjuru negeri berkumpul untuk mengadakan transaksi sekaligus menyebarkan agama.
Agama yang berkembang cukup pesat adalah Islam, dimulai sejak abad ke-14. Islam sendiri adalah agama yang menjadi pedoman bagi para pedagang. Al quran dan Alhadis sebagai sumber ajaran agama Islam telah memberikan pandangan hidup pada mereka dengan istilah 9 dari 10 pintu rezeki berasal dari perniagaan. Tampaknya, inilah yang menjadi pertimbangan pelaku kegiatan perniagaan untuk masuk Islam.
Islam di Filipina
Penduduk Islam Filipina di mata dunia kini adalah kelompok minoritas, berbeda sekali dengan awal kedatangan agama Muhammad SAW dahulu. Akhir abad ke-14, peradaban Islam mulai terbentuk di Filipina ditandai dengan Raja Manguindanao yang masuk Islam. Raja tersebut kemudian menjadi Datuk yang berkuasa di Provinsi Davao, sebelah tenggara Pulau Mindanao.
Dari sanalah, Islam mulai berkembang pesat hingga ke Pulau Lanao dan dan daerah pantai lainnya. Pemimpin-pemimpin Islam di Filipina semuanya menyandang panggilan Datuk di depan namanya. Memasuki abad ke-16, Filipina dijajah oleh bangsa Spanyol. Selain menjajah, mereka menyebarkan agama Kristen. Hampir seluruh wilayah Filipina dapat dikuasainya.
Mereka menyebarkan agamanya dengan jalan kekerasan. Bahkan, orang-orang Islam di sana mendapat julukan Moor atau Moro yang artinya 'tidak bertuhan, buta huruf, dan jahat'. Inilah cikal bakal munculnya Suku Moro, orang-orang Filipina yang kukuh mempertahankan keyakinannya menjadi warga muslim minoritas.
Keteguhan Suku Moro
Suku Moro harus berjuang keras menghadapi para penjajah yang ingin mengoyak kebebasan beragamanya. Bahkan, hingga saat ini. Mereka sampai harus berperang melawan suku bangsa sendiri untuk bisa diakui sebagai bagian dari bangsa Filipina. Pada 1940, Suku Moro bergabung dengan Filipina setelah Amerika menghapuskan Kesultanan Sulu, raja atau sultannya yang seorang muslim pernah berkuasa.
Hal ini lambat laun mengancam eksistensi masyarakat muslim pada umumnya karena banyak sultan muslim yang kehilangan kekuasaan politik di negaranya. Meskipun begitu, Islam Filipina yang minoritas tetap bertahan karena keyakinan mereka yang kuat akan agama yang penuh rahmat dan kasih sayang ini.