Pengertian Calung, Jenis Calung, dan Fungsinya
Ilustrasi pengertian calung
Bagi penggemar alat musik, pasti sudah mengenal alat musik yang satu ini. Ya, calung. Pengertian calung merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Kamu harus jeli melihat alat musik ini. Mengapa demikian? Banyak orang awam yang sering menyamakan antara musik calung dengan angklung.
Sebenarnya tidak salah dengan pandangan tersebut. Sebab calung merupakan sebuah prototipe dari alat musik sejenisnya, yakni angklung. Calung bisa dikatakan saudara kembarnya dari angklung.
Pengertian Calung
Jika ditelisik lebih jauh lagi, calung menurut Kamus Umum Bahasa Sunda adalah tatabeuhan tina awi guluntungan, aya siga gambang, aya nu ditiir sarta ditakolan bari dijinjing. Nah, dari pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa calung adalah sejenis alat musik yang terbuat dari bambu, yang dimainkan dengan cara memukul sembari dijinjing. Calung juga mempunyai pengertian lainnya, yakni seni pertunjukan.
Nah, seni pertunjukannya ini tentunya dengan menggunakan alat pokoknya calung. Lantas, apa yang membedakan antara calung dan angklung? Karena merupakan sebuah prototipe dari angklung, perbedaannya hanya dari cara memainkannya. Jika bermain angklung dilakukan dengan cara digoyangkan, calung dimainkan dengan cara dipukul.
Tentu saja bahan untuk membuat calung dan angklung ini sama, yakni bambu. Agar suara yang dihasilkannya bagus, bambu tersebut dipilih dengan baik. Biasanya, bambu yang digunakannya adalah jenis awi wulung dan awi temen.
Bermain calung tentunya tidak sembarang kita memukulnya. Ada beberapa hal dasar yang harus kita ketahui. Nah, salah satu di antaranya adalah memukul bilahan bambu yang disusun menurut tangga nada, yakni da-mi-na-ti-la.
Jenis Calung
Dalam perkembangannya, alat musik calung sunda memiliki dua jenis, yaitu calung rantay dan calung jinjing. Berikut ini adalah jenis-jenis calung yang ada di Jawa Barat.
1. Calung Rantay
Calung rantay biasanya dimainkan dengan cara bersila. Calung rantay dibuat dengan cara menderetkan beberapa bilah bambu dengan susunan berbaris, dari yang terkecil sampai terbesar. Jumlah dari bilah kayunya 7 ruas bambu (wilahan) atau lebih.
Komposisinya ada yang berbentuk satu deretan dan ada yang dua deretan, yaitu induk calung dan anak calung (calung rincik). Calung ini dimainkan dengan cara dipukul oleh dua tangan sambil duduk bersila. Calung rantay biasanya diikat di pohon atau di bilik rumah (calung rantai Banjaran-Bandung).
Selain itu, calung rantai ada yang dibuat tempat duduk (ancak) khusus dari bambu atau kayu. Calung ini dapat ditemui di daerah Tasikmalaya , calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Kenekes atau Baduy.
2. Calung Jinjing
Berbeda dengan calung rantay, calung jinjing dimainkan dengan cara dijinjing. Pembuatannya calung ini pun dilakukan dengan cara menderetkan bilah bambu, kemudian disatukan dengan bambu kecil. Nah, calung jinjing ini bentuknya sama dengan yang kita kenal sekarang.
Calung jinjing ini memiliki empat atau lima tabung bambu. Cara permainannya dengan dipukul tangan kanan memakai alat pemukul dan tangan yang kiri memegang (menjinjing) alat calung tersebut.
Cara memukul calung jinjing ini ada beberapa cara, yaitu dengan dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep, salancar, kotrek, dan solorok. Cara memainkannya ini sesuai dengan pemain calungnya tersebut.
Calung jinjing dimainkan dengan nada Salendro (bernada Pelog) dan Madenda (nyorog) dalam sebuah pertunjukan. Calung yang bebentuk waditra calung jinjing merupakan perkembangan dari bentuk calung rantai atau calung gambang yang sering ditampilkan dalam pertunjukan seni sebagai hiburan.
Calung jinjing ini terdiri dari empat buah waditra yang dimainkan oleh empat pemain dengan fungsi berbeda-beda. Keempat calung tersebut adalah Kingking, penepas, jongjong, dan gonggong. Pada calung kingking, jumlah bambunya ada lima belas nada.
Kedua jenis calung tersebut merupakan hasil apresiasi masyarakat terhadap perkembangan seni calung yang sudah ada sejak zaman dahulu. Sekarang calung sudah menjadi alat musik tradisional yang terkenal di luar negeri.
Fungsi Calung
Tentunya berbagai alat musik yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pada awalnya, calung berfungsi sebagai sarana upacara ritual masyarakat sunda. Calung difungsikan sebagai alat pengiring dalam upacara adat seperti mapag sri. Selain sebagai media upacara ritual, calung pun berfungsi sebagai alat hiburan dan seni pertunjukan.
Dalam perkembangannya, fungsi calung bergeser pada fungsi yang terakhir, yakni sebagai seni pertunjukan. Sebagai seni pertunjukan yang menggunakan alat pokok calung, calung telah melahirkan beberapa seniman. Kita lihat saja seniman asal Jawa Barat, Hendarso (Darso), yang menunjukkan bakat seninya yang diiringi dengan calung.
Sebenarnya, para inohong Sunda sangat bergembira dengan munculnya Darso. Darso telah dianggap mempopulerkan calung sebagai alat musik tradisional sunda. Gaya seni pertunjukan Darso ternyata telah merasuk kepada para penerus musik tradisional sunda. Untuk mengikuti perkembangan zaman, sekarang calung telah dipadukan dengan jenis musik tertentu, yakni dangdut.
Ada sebutan yang menarik bagi jenis musik calung ini, yaitu caldut (calung dangdut). Namun, apapun bentuk dan jenisnya, hal tersebut ternyata dapat melangsungkan keberadaan alat musik tradisional Jawa Barat ini. Di samping pelestarian alat musik tradisional ini yang dilakukan oleh Paguyuban Seni Calung (PSC) Jawa Barat.
Pelestarian Kebudayaan Daerah
Kebudayaan di Indonesia semakin sini semakin berkurang. Masyarakat Indonesia semakin terpengaruh oleh kebudayaan luar melalui perkembangan teknologi yang semakin canggih ini.
Melalui media-media yang semakin canggih, kebudayaan dari luar Indonesia masuk dan menarik perhatian masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang ada di Indonesia sendiri dilupakan begitu saja. Padahal bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan mempelajari kebudayaannya sendiri.
Kemajuan teknologi saat ini memang besar pengaruhnya terhadap perkembangan negara Indonesia. Ada dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan memang besar, tapi tidak bisa dipungkiri dibalik itu semua ada dampak negatifnya.
Dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut, salah satunya berdampak pada bidang budaya. Kebudayaan dari luar semakin banyak yang masuk, sehingga kebudayaan sendiri menjadi tersisih dan terlupakan.
Anak-anak zaman sekarang jarang yang mengenal lagu-lagu daerah atau lagu nasional karena sekarang industri musik di Indonesia sedang marak oleh musik lokal dan musik luar.
Jarang ada yang mementaskan tarian tradisional, sehingga anak-anak zaman sekarang tidak mengenal tarian tradisional. Mereka malah mengenal modern dance karena dianggap lebih popular.
Tayangan di televisi pun, jarang ada yang menampilkan tarian tradisional atau lagu-lagu daerah, yang ada kontes-kontes modern dance atau kontes menyanyi lagu-lagu popular.
Pelajaran di dekolah pun mengenai kebudayaan Indonesia kurang mendukung untuk menjadikan masyarakat Indonesia cinta kepada kebudayaannya sendiri, terutama tarian tradisional.
Apabila kita menanyakan pada anak zaman sekarang mengenai nama tarian tradisional yang ada di daerahnya sendiri, mereka akan bingung karena tidak pernah melihat dan mendengar tentang tarian tradisional.
Orang asing saja banyak yang mengunjungi Indonesia karena kebudayaannya. Mereka ingin mengenal dan mempelajari kebudayaan yang ada di Indonesia. Tapi, masyarakat Indonesia sendiri tidak hapal dengan kebudayaan yang ada di nusantara ini.
Padahal kebudayaan kita itu menjadi aset yang sangat besar bagi negara Indonesia. Apabila bukan masyarakat Indonesia yang mempelajarinya, bagaimana kita bisa memperkenalkan kebudayaan nusantara di dunia internasional.
Alat musik tradisional apabila tidak dipelajari, bagaimana memperkenalkannya kepada orang asing. Jika tidak dipelihara, orang asing bisa saja membawa kebudayaan yang ada di Indonesia dan kemudian diakui sebagai kebudayaannya karena di Indonesia sendiri tidak dipelihara.
Banyak kasus seperti itu. Kebudayaan yang seharusnya milik bangsa Indonesia, malah diakui dan dipopularkan oleh negara lain. Itu akibat dari tidak dijaganya kebudayaan kita sendiri.
Untuk itu, menjaga kelestarian budaya juga sangat diperlukan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebudayaan sendiri, yaitu mempelajari kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerah sendiri. Kemudian, mempelajari kebudayaan yang ada di seluruh Indonesia. Setidaknya kita tahu kebudayaan yang ada di seluruh Indonesia, meskipun kita tidak dapat mempraktekannya, seperti tarian tradisional.
Selain itu, mengadakan pentas seni budaya dengan menampilkan pertunjukan kesenian daerah. Misalnya, menarikan tarian tradisional, menyanyikan lagu daerah, memakai pakaian adat, dan memainkan alat musik tradisional.
Memperkenalkan kebudayaan nusantara juga dapat melalui media elektronik, seperti televisi. Bahkan televisi itu adalah salah satu media yang berpengaruh besar dalam mengenalkan kebudayaan nusantara kepada masyarakat.
Situs internet juga dapat membantu menyebarkan kebudayaan nusantara, melalui iklan-iklan atau tayangan-tayangan kebudayaan. Dengan begitu, kebudayaan nusantara, terutama alat musik tradisional, tidak akan hilang begitu saja dimakan waktu.
Demikian informasi mengenai pengertian calung yang merupakan salah satu alat musik tradisional Indonesia yang harus dilestarikan. Semoga informasi tersebut bermanfaat dan menambah wawasan Anda.