logo anne ahira
AnneAhira.com    Pekerjaan & Karir    Training dan Seminar    Seminar Pendidikan
Loading...

Kiat-kiat Belajar Anak Berbakat - ANNEAHIRA.COM


Loading...

Ilustrasi kiat kiat belajar

Kiat-kiat belajar yang benar-benar efisien masih sangat dibutuhkan di negara ini. Mengingat sistem pendidikan Indonesia yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai kecerdasan pada setiap siswa. Yang ada hanyalah kurikulum yang menguraikan target kompetensi di setiap pelajaran. Kiat-kiat belajar yang nantinya akan bermanfaat baik bagi dunia pendidikan pun menjadi sedikit dikesampingkan.

Akibat dari mengesampingkan kiat-kiat belajar itu lah yang “membahayakan”. Tidak heran bila banyak “mutiara-mutiara” berserakan yang luput dari pengamatan. Mereka adalah anak yang memiliki bakat khusus di bidang tertentu, namun tidak terdeteksi di sekolah.

Padahal, pemerintah telah mengakomodasi keistimewaan potensi anak berbakat tersebut dalam wadah undang-undang. Mengapa keberadaan anak berbakat terkadang luput dari perhatian pihak sekolah? Diperlukan kiat-kiat belajar khusus agar bakat dan potensi anak berbakat dapat berkembang dengan baik.

Selama anak berprestasi disekolah, entah karena memang dia pintar atau berkat “keahlian mencontek” yang dimilikinya, kiat-kiat belajar dianggap menjadi tidak penting. Padahal, jauh dibalik prestasi-prestasi yang berbentuk hitam diatas putih, anak-anak sebenarnya ditakdirkan memiliki bakat yang berbeda.

Sayangnya, bakat berbeda dan unik yang dimiliki anak-anak terkadang sama sekali tertutupi oleh “iming-iming” prestasi yang sebenarnya tanpa sadar telah mengekang bakat anak tersebut. Kiat-kiat belajar yang bisa diterapkan pada setiap anak agar bakat anak semakin terlihat gemilang juga tidak terlalu sulit. Namun, sebelumnya ada baiknya jika para orang tua lebih dulu memahami apa yang dimaksud dengan “bakat” pada anak yang sesungguhnya.

Hal yang keliru dimasyarakat kadang adalah “mengotak-ngotakan” anak berbakat tersebut. Persepsi mengenai anak berbakat pun menjadi berbeda dan blur. Berikut ini adalah beberapa pandangan yang harus diluruskan mengenai bakat yang dimiliki seorang anak. Ketika sudah memahami, maka kiat-kiat belajar untuk semakin memantapkan bakat yang dimiliki anak pun bisa dijalankan dengan baik.

Kiat-kiat Belajar Anak Berbakat – Anak Berbakat dan Cara Pandang

1. Generalisasi Bukan Uniquely

Perlakuan guru sebagai personal maupun sekolah sebagai lembaga masih memperlakukan siswa sama halnya seperti tukang sablon kaos. Setiap baju harus disablon dengan warna, gambar dan model yang sama, sehingga terciptalah ribuan baju yang sama dengan proses yang sama pula. Melihat hal itu, harus diakui jika para tenaga pengajar tersebut belum menerapkan kiat-kiat belajar yang efektif membentuk bakat anak semakin baik.

Padahal, kenyataanya, tidak semua baju bisa disablon. Sablon hanya cocok dengan baju berbahan kaos, itu pun tidak semua kaos cocok untuk disablon. Bagaimana dengan kaos bermotif, kaos rombeng compang-camping, atau baju safari? Akan jadi apa bila dipaksakan untuk disablon? Begitupun dengan bakat anak dan kiat-kiat belajar yang cocok untuk setiap anak.

Artinya, perlakuan yang sama terhadap semua siswa akan memandulkan potensi anak itu sendiri. Misalnya, anak yang diibaratkan kaos rombeng compang-camping, yaitu anak yang kesehariannya sama sekali tidak ada keistimewaaan, sering jadi trouble maker dan selalu mendapat nilai jelek. Sama halnya dengan menyamaratakan kiat-kiat belajar bagi anak.

Bila terus menerapkan kiat-kiat belajar yang tidak sesuai dengan keinginan anak sama halnya dengan memaksakan sablonan pada setiap pakaian. Bila terus dipaksakan disablon seperti kaos lainnya, hasilnya tidak akan bagus. Malah sebaliknya. Mengapa kaos rombeng compang-camping tidak dijadikan kostum untuk pementasan drama atau musik? Bukankah akan nyata kebermanfaatannya?

Begitupun dengan anak berbakat yang diibaratkan baju safari. Bila diperlakukan sama seperti kaos yang lain dengan disablon, akan merusak baju safari tadi. Simpulannya, setiap siswa adalah unik, jangan digeneralisasi. Proseslah mereka sesuai potensi dan bakatnya masing-masing. Seharusnya, uniquely, bukan generalisasi. Intinya, semua anak pasti “menginginkan” kiat-kiat belajar yang berbeda.

2. Pemahaman Keliru

Banyak orang dewasa menghargai prestasi anak hanya dari tingginya nilai rapor. Apalagi, bila pelajaran tersebut adalah Matematika atau IPA, dua pelajaran yang kerap menjadi momok anak di sekolah. Sebaliknya, anak akan kurang mendapat apresiasi bila semua nilai di rapornya jeblok, seakan tidak ada kebanggan di sana. Padahal bisa jadi, kiat-kiat belajar yang diterapkanlah yang tidak sesuai dengan minat atau bakat anak.

Hal yang kemudian dikesampingkan adalah kurangnya pemahaman bahwa siapa tahu di antara anak yang nilainya jeblok itu terdapat anak berbakat. Berapa banyak anak berbakat yang memiliki kecerdasan naturalis dan berpotensi menjadi ahli botani, animalogi, atau peneliti. Namun, karena kiat-kiat belajar yang diterapkan salah sehingga anak tidak bisa menjawab perhitungan rumit Matematika atau tidak kuasa menghafal tahun dan peristiwa bersejarah, ia pun luput dari perhatian orang dewasa di sekitarnya.

Contoh lain, anak yang dicap pendiam, menarik diri, pemalu dengan prestasi biasa-biasa saja. Padahal, sebenarnya ia adalah anak berbakat yang memiliki kecerdasan eksistensial, laiknya Plato atau Socrates. Jadi, tidak selamanya anak berbakat hanyalah sekumpulan anak dengan IQ tinggi, bisa menghitung cepat, mampu me-recall semua data entry, dan sebagainya. Kiat-kiat belajar yang diterapkan oleh beberapa sekolahlah yang harus dibenarkan.

Sebagai contoh, Galang Rambu Anarki, putra Iwan Fals. Ia sama sekali tidak menonjol di sekolah, semua nilainya hancur, sekolah pun jarang masuk. Namun, di usia sangat muda (SD), ia sudah bisa memainkan berbagai alat musik, membuat lagu, mengaransemen, dan tampil di berbagai panggung. Artinya, ia adalah anak berbakat di bidangnya, yaitu musik.

Kiat-kiat belajar untuk anak seperti Galang ini adalah dengan memberinya kebebasan dalam mengekspresikan selera musiknya. Jangan sekali-kali mengekang dan membatasi. Biarkan suara alat musik itu menggema dengan bebasnya. Hal yang perlu orangtuanya lakukan adalah membimbing dan mengontrol bakat anak tersebut.

Demikian pula dengan Ali (bukan nama sebenarnya), kapten tim kesebelasan AC Milan Indonesia, yang berhasil menjuarai turnamen sepakbola internasional di Italia. Ia adalah anak dari orang tua tidak mampu, dengan prestasi sekolah yang tidak baik pula. Namun, sebenarnya ia adalah anak berbakat di bidangnya, yaitu sepak bola. Jadi, ubahlah paradigma bahwa anak berbakat hanyalah anak yang memiliki prestasi akedemis tinggi di sekolah.

Berbeda Galang, berbeda juga Ali. Latar belakang keluarganya yang tidak mampu harus lebih dulu diperhatikan. Jangan buat Ali merasa kecil dengan hal itu. Kiat-kiat belajar yang pas adalah dengan terus memberikan dorongan, semangat serta cerita-cerita motivasi. Disamping tentu saja pelatihan terhadap olahraga yang teratur.

Kiat-kiat Belajar Anak Berbakat – Solusi

Anak berbakat akan merasa frustasi bila kiat-kiat belajar mereka diperlakukan sama dengan anak lainnya, seperti perumpamaan sablon kaos. Robert Boyle, bapak ilmu kimia yang menemukan Hukum Boyle, pun memutuskan untuk keluar SD. Ia merasa bosan dan jenuh di sekolah karena dalam banyak hal pemikiran dan kemampuannya di atas teman-temannya. Bahkan, guru-gurunya pun merasa kewalahan dengan sikap kritisnya.

Oleh sebab itu, harus ada penanganan khusus dan kiat-kiat belajar khusus bagi anak-anak berbakat seperti cara-cara berikut ini.

  1. Menyiapkan perangkat khusus di sekolah bagi anak berbakat sehingga tanpa harus dipisahkan dari anak lainnya, kemampuan dan bakatnya tetap dapat dimaksimalkan.
  2. Program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
  3. Home-schooling, pendidikan nonformal di luar sekolah. Thomas Alva Edison, Hellen Keller, dan Robert Boyle adalah siswa home schooling di masanya.
  4. Menyiapkan guru yang dapat melakukan pendekatan individual. Walaupun harus mengajar di kelas konvensional, dilengkapi dengan program sekolah yang jelas software atau hardwarenya.
  5. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.

Kelima kiat-kiat belajar atau usaha tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, setidaknya, ada usaha untuk tidak terjadi proses pembiaran terhadap para anak berbakat sehingga bakat dan potensinya tidak hilang percuma.

Tolong di SHARE :
Tweet
Loading...
Artikel Terkait
  • Pahami Info Pusdiklat Bea Cukai, Lalu Daftarkan Diri Anda!
  • Proposal Seminar Pendidikan Syarat Wajib Seminar Pendidikan
  • Mengetahui Seluk-Beluk Cerita Narrative
Loading...


Beranda | Privacy