Penderitaan Wanita Cina Kuno
Ilustrasi cina kuno
Kehidupan wanita Cina Kuno hampir sama dengan wanita Indonesia zaman dahulu. Kedudukan wanita dianggap lebih rendah dari laki-laki. Sejak kecil, wanita Cina Kuno harus menuruti apa yang diperintahkan ayahnya atau saudara laki-lakinya. Ia tidak boleh membantah. Bahkan, saat menikah, wanita Cina Kuno diperlakukan seperti budak oleh suaminya.
Aturan seperti ini berlaku sejak pemerintahan Konfusius. Serupa dengan wanita Indonesia zaman dahulu, wanita Cina Kuno tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Selain itu, ia hanya diharuskan mengurus anak dan rumah tangga saat sudah menikah. Hal lain yang tidak boleh dilakukan wanita Cina Kuno adalah menikah lagi apabila suaminya meninggal. Hukuman bagi yang melanggar adalah hukuman mati.
Kaki Mungil
Selain kehidupannya yang harus tunduk pada laki-laki, wanita Cina Kuno juga harus “tunduk” terhadap anggapan bahwa cantik berarti memiliki kaki yang mungil. Kecantikan tidak dilihat dari wajah, sikap, atau perbuatan. Kecantikan wanita Cina Kuno justru dianggap berasal dari kakinya yang mungil. Wanita yang memiliki kaki mungil juga dianggap memiliki kemampuan seks yang tinggi sehingga laki-laki lebih tertarik. Untuk membuat kakinya menjadi kecil, mereka membebat kaki mereka selama hampir tiga tahun. Semakin kecil ukurannya semakin disukai.
Awalnya hal ini hanya dilakukan oleh keluarga bangsawan. Namun, kemudian menyebar hingga dilakukan oleh keluarga menengah, bahkan keluarga petani. Meskipun mengalami penderitaan yang sangat besar, mereka rela mengecilkan kaki mereka. Pemerintah setempat sempat melarang aksi mengecilkan kaki tersebut. Pada 1911, Cina melarang pembebatan kaki secara resmi. Meskipun demikian, di wilayah yang lebih terpencil, hal ini tetap dilakukan hingga 1930-an.
Perlawanan dan Perubahan
Kehidupan wanita Cina Kuno yang terkekang mendapat perlawanan. Di Indonesia ada Kartini, di Cina ada Permaisuri Wu. Ia menentang kebijakan Konfusius mengenai kedudukan dan keberadaan wanita Cina. Di masa pemerintahannya, Permaisuri Wu menaikkan derajat wanita. Pendidikan menjadi salah satu hal yang ia tingkatkan. Di masa pemerintahannya pula, Permaisuri Wu membangun banyak kuil Budha.
Saat ini, wanita Cina tidak diperlakukan seperti masa pemerintahan kuno terdahulu. Wanita Cina modern justru bersaing dengan laki-laki dalam dunia kerja. Perubahan juga terjadi terhadap sikap wanita Cina sekarang. Wanita Cina modern dianggap tidak berperilaku halus dan lembut seperti zaman dahulu. Ya, tidak heran kalau itu terjadi.
Beribu tahun wanita Cina Kuno harus mengalami penderitaan. Tidak boleh berbicara bebas dalam keluarga hingga tersiksa membebat kaki agar menjadi mungil merupakan siksaan yang sepertinya tidak ingin lagi dialami oleh para wanita Cina.