Cerita Dewasa, Cerita Sensasi dari Bilik Konsultasi
Ilustrasi cerita sensasi
Cerita-cerita seks, dalam artian susunan kalimat-kalimat vulgar yang mengundang berahi, libido, dan memang ditujukan untuk fungsi itu. Cerita sensasi yang berada dalam kategori yang "dipaksa" kontroversial. Karena, belum pernah diujikan, apakah satu jenis cerita yang vulgar semacam itu secara serentak dijejalkan pada sekelompok pria, baik dewasa maupun anak-anak, akan mendorong kepada sebentuk tindakan seksual?
Namun, selalu diasumsikan bahwa cerita dewasa adalah cerita dewasa yang mengundang berahi. Bukan lagi "if" atau jikalau akibatnya muncul? Tapi "when" dan "how" kapan dan bagaimana akibatnya muncul. Apabila yang mengkonsumsinya pasangan suami istri, sudah jelas bentuk penyalurannya. Apabila yang melahapnya selain pasangan itu, tentu jelas wilayah kategorialnya, perzinaan, pedofilia, bahkan sexual disorder.
Pada alam demokrasi modern, rumusan if, when, how itu ditolak mentah-mentah. Suatu karya sastra seporno apa pun, tetap karya yang perlu dilindungi dari lembaga sensor. Moralitas masyarakat tidak bisa, dan tidak boleh menjangkau hal yang paling privat. Kemerdekaan dalam berpendapat, termasuk juga membicarakan seks. Jadi, cerita seks boleh saja sah menjadi cerita porno. Tetapi, jangan sampai dilarang-larang kalau bisa dibatasi penyebarannya. Begitulah alam pikiran modern. Dan, begitulah yang terjadi di Amerika Serikat, dan banyak negara modern lainnya.
Balada Seks Om Goen dan Rubrik Kuning
Mengenai cerita seks di Indonesia, ada kisah lama. Utamanya yang disungging oleh begawan sastra modern Indonesia, Goenawan Mohamad. Dalam bukunya, Seks, Sastra, dan Kita, Goenawan mengkritik betapa malu-malunya penulis Indonesia untuk menuliskan ketelanjangan, bahkan aksi seksual dalam karya-karyanya. Sehingga, karya sastra Indonesia seolah ditujukan bagi orang-orang impoten.
Pada masa Orba, kritikan Om Goen bersambut, bertalu-talu bagai dalam festival. Beberapa majalah nasional, mendermakan halamannya untuk menceritakan tema-tema seks, dan cerita pendek hubungan persanggamaan yang dibalut rapi dengan istilah konsultasi psikologis. Di Majalah Sarinah, ada rubrik Oh Tuhan. Di Majalah Kartini ada rubrik Oh Mama Oh Papa. Isinya cerita pendek, mengenai tragedi kehidupan dengan bumbu seks yang kental.
Lebih vulgar lagi, rubrik konsultasi seksologinya. Entah yang dipandu oleh Dr. Wimpie, Dr. Naek L. Tobing, atau Dr. Boyke. Bagi mereka yang tajam, akan memahami, bahwa rubrik seks itu tidak alamiah. Redaksi memilih mana tanya jawab yang boleh tampil dan mana yang tidak. Sehingga, bersinggunganlah kalimat vulgar menjurus pada pornografi. Dan, jangan salah kira. Balada seks dalam majalah itu hanya prototipe saja.
Pada akhir 90-an, hadir media cetak yang dengan tegas menampilkan cerpen atau cerbung yang menjurus pada sensualitas. Misalnya, Matra, Popular, Lipstick, Pop, dan lain lain. Indonesia kebanjiran materi pornografi. Balada Om Goen sukses, doanya dikabulkan. Cerita dewasa tidak mesti stensilan lagi dan dijual diam-diam diloper koran terminal bis.
Upaya membendungnya sudah dilakukan dengan diberlakukannya Undang-undang Pornografi. Namun, orang Indonesia sudah kerajingan kisah dewasa yang esek-esek. Ditambah dengan internet yang menampilkan cerita seks supervulgar. Ditambah, film lokal menampilkan bintang porno Maria Ozawa. Ditambah, sensasi video Ariel Peterporn, dan itu bukan konsultasi seks. Bukan konsultasi seks lagi, tetapi dosa sosial yang sedang menunggu balasan setimpal.
Plus Minus Cerita Sensasi Sex
Cerita sensasi dalam dunia sex, sejatinya mengandung plus-minus. Dikatakan plus, karena banyak keuntungan yang didapat oleh pasangan suami-isteri yang sah. Dan dikatakan minus, jika yang mengonsumsi cerita sensasi tersebut adalah anak-anak, pria atau wanita yang belum berumah tangga dan para pelaku perzinahan. Di sinilah yang menjadi tolok ukur, apakah cerita sensasi tersebut dipentingkan masyarakat atau tidak? inilah titik plus dan minusnya.
Oleh karena itu, pelarangan pembuklikasian cerita sensasi sex bisa dikatakan wajar dan tidak wajar. Hanya saja, jika pembuklikasian cerita sensasi sex dilakukan melalui internet, seharusnya pemilik situs memiliki ketentuan. Jika masih berada di bawah umur dan belum menikah, seharusnya dilarang untuk mengonsumsi cerita tersebut.
Artinya, cerita sex tersebut hanya boleh dinikmati oleh yang sudah berumah tangga. Kenapa hanya yang berumah tangga yang boleh membacanya? Jawabannya, hanya mereka yang memiliki tempat untuk pelampiasan setelah libidonya naik akibat membaca cerita tersebut. Sedangkan untuk pelaku perzinahan, jelas tidak bisa dilakukan security.
Maka dari itu, pemilik situs atau forum yang menampilkan cerita sex mesti bijaksana. Benar, cerita tersebut terkadang penting. Agar pasangan suami isteri bisa sama-sama mendapatkan kepuasan dengan meniru apa yang dibacanya dari cerita tersebut. Namun, keinginan tersebut tak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Bahkan, boleh dikata, banyak juga cerita sex yang diluar batas kewajaran, seperti cerita setengah baya, daun muda, sejenis dan sebagainya. Cerita seperti ini sangat tidak wajar untuk ditampilkan. Pasalnya, yang menjadi pelaku dalam cerita tersebut bukanlah pasangan suami isteri yang sah.
Cerita Sensasi Sex Bagai Bilik Konsultasi Bisu
Hampir semua pembaca cerita sex bakal setuju untuk menyatakan bahwa cerita yang dibaca bagai bilik konsultasi bisu. Membaca cerita tersebut seakan kita sedang mencari jawaban atas masalah di ranjang yang dihadapi selama ini. Meski proses yang dilakukan dengan apa yang dipaparkan di dalam cerita tersebut belum tentu berhasil seratus persen, namun paling tidak bisa memberikan sensasi baru yang dapat membuat pasangan betah di ranjang.
Cerita sex memang hanya untuk mencari solusi untuk mendapatkan sensasi di ranjang. Sedangkan untuk mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi, seperti ejukulasi dini, tak ditemukan dari cerita sex. Jika pun ada, semua itu berdasarkan penalaran yang didapat dari kandungan cerita tersebut.
Untuk menilai plus-minus cerita sex semuanya tergantung pada diri masing-masing. Jika dihubungkan dengan agama, jelas tidak dihalalkan. Pasalnya, menceritakan apa yang dilakukan saat berhubungan adalah hal yang diharamkan. Namun untuk mencari variasi dan sensasi dalam bercinta, mau tidak mau membaca cerita sex bisa menjadi solusinya.
Masalahnya sekarang, jika pun mendapatkan cerita sex yang dilakukan dengan jalan yang dilarang agama, harus ditinggalkannya. Misalnya saja dalam Islam, diharamkan suami memasukkan alat kelaminnya ke dalam lubang anus isterinya. Maka ketika membaca cerita sex yang berhubungan dengan hal tersebut, jangan pernah dipraktekkan saat bercinta dengan pasangan Anda. Jauhi keinginan tersebut.
Lakukanlah hal-hal yang wajar dan memang tak ada dilarang di dalam agama. Sehingga kebahagiaan di ranjang bisa didapatkan. Bukan sekedar untuk memuaskan keinginan sendiri, tapi untuk memuaskan keinginan bersama. Pasalnya, jarang sekali pasangan bisa mendapatkan kepuasaan secara bersamaan. Karena itu, adalah kepintaran pasangan untuk bisa mendapatkannya bersama-sama.
Untuk menemukan trik dan cara agar bisa mendapatkan kepuasan bersama-sama hanya diperoleh dari membaca cerita sex. Di dalamnya ada trik-trik yang bisa dilakukan, meski tak dijelaskan satu persatu.
Namun sayangnya, cerita sex yang muncul di dunia internet lebih banyak cerita yang dilakukan bukan dari pasangan yang sah. Sehingga cerita tersebut menimbulkan efek yang tidak baik. Tak heran bila terdengar berita ada anak menghamili ibunya, tante dihamili oleh keponakannya, anak SD memperkosa adik kelasnya.
Semua itu belum tentu dari video porno, bisa jadi disebabkan oleh cerita sex yang tidak mendidik tersebut. Penulis katakan tidak mendidik, karena pelakunya bukan suami isteri. Sehingga ini menjadi tiruan banyak orang. Ini menjadi lamunan dan pikiran orang-orang yang membacanya bagaimana bisa merasakan yang sama.
Maka dari hari ke hari yang dibacanya adalah cerita seperti itu. Jika ia senang dengan wanita yang lebih tua, maka yang dibacanya adalah cerita sebaya. Setelah membaca, ia pun mulai memikirkan siapa yang bisa dijadikannya ‘mangsa’ seperti apa yang dibacanya di cerita tersebut. Ternyata, pikiran tersebut bukan tidak sedikit membuka jalan untuk terjadinya hal seperti itu. Dan inilah kasus yang terjadi ada ibu guru wanita yang sudah tua melakukan hubungan sex dengan siswanya yang masih duduk di kelas 2 SMA atau antara tante tetangga sebelah rumah dengan anak tetangganya.
Perilaku ironi tersebut juga telah menjadi berita penting di media massa. Bukan tidak sedikit kita temukan media yang menceritakan hal tersebut. Awalnya tabu, seperti kata Gunawan Muhammad, kita sudah menjadi kebablasan. Tak ada lagi ‘keseganan’ media untuk menolak menjadikan judul vulgar dari berita yang diraciknya.
Jika pembacanya adalah pria dewasa, mungkin masih sedikit bisa dimaklumi. Namun jika pembacanya anak yang masih di bawah umur, ini bisa menjadi imitasi yang tidak baik. Inilah plus-minus yang ditemukan dari cerita sensasi sex yang bisa menjadi bilik konsultasi dan bisa menjarat untuk masuk jeruji besi.